Rabu, 12 November 2014

Fahami Gaya Belajar Anak



            Pernahkah anda menjadi kesal saat mengajak anak belajar di rumah? Kesal karena ia tidak bisa diam. Dari mulai awal belajar ia tak pernah duduk diam di tempat. Baru satu paragraf kita membacakan buku pelajarannya, ia sudah naik ke atas sofa, melompat-lompat, bahkan menirukan adegan perang. Berkali kita memintanya duduk kembali, tapi berkali pula ia begitu cepat lupa dengan nasehat itu, yaitu “beraksi” lagi. Padahal kita inginnya si anak duduk manis mendengarkan kita yang sedang membacakan pelajarannya.
            Atau pernahkah kita mendapatkan laporan dari guru bahwa anak kita tak mau ikut teman-temannya aktif dalam kegiatan pembelajaran saat teman-temannya bergerak ke sana kemari mengikuti alur desain pembelajaran dari guru. Ia seringkali hanya diam mengamati teman-temannya. Lalu anda khawatir siapa tahu anak anad punya masalah psikologis.
            Atau kasus seorang anak yang apabila sedang belajar, tak boleh seorang pun terdengar berbicara olehnya. Ia akan marah jika adiknya terdengar menyanyi, atau ibunya bicara saat ia sedang konsentrasi. Ia sangat mudah terganggu dengan hal lain sehingga ia memilih belajar sendirian di dalam kamarnya.
            Ternyata, fenomena –fenomena seperti di atas adalah hal wajar. Kita tak perlu terlalu risau dengan gaya anak saat sedang belajar baik di sekolah maupun di rumah. Setiap anak telah dibekali dengan modalitas belajar (gaya dalam belajar) yang tidak mesti sama, juga tidak musti wajar menurut orang tua yang masih awam. Justru dengan seringnya kita mengamati tingkah anak, seharusnya membuka wacana kita tentang bagaimana sebenarnya cara yang tepat untuk mengajaknya belajar.
            Menurut De Porter dan Hernacki dalam buku “Quantum Learning”, modalitas belajar adalah kombinasi dari menyerap, mengatur, dan mengolah informasi. Ada tiga jenis modalitas belajar  (yang perlu kita ketahui. Tiga modalitas belajar tersebut adalah: Visual, Auditorial, dan Kinestetik dimana masing-masing jenis modalitas memiliki karakteristik sendiri-sendiriuntuk gaya belajarnya.
Jika anak anda: suka mengamati dengan cemat apa saja yang dilihatnya, suka berargumen tentang benda seni yang dilihatnya atau warna-warna, tak terlalu pandai berdialog, tidak terlalu respon dengan anjuran secara lisan, dan seringkali salah dalam menanggapi perkataan orang lain, tidak terlalu terganggu dengan kegaduhan, dan cenderung pasif di sekolah,  kemungkinan besar ia memiliki modalitas belajar tipe visual. Modalitas belajar ini menitikberatkan pada ketajaman penglihatan. Artinya agar ia faham akan sesuatu, maka ia harus melihat apa yang sedang menjadi tema pembelajaran. Untuk anak seperti ini, maka gaya belajar yang tepat adalah:
1.      Belajar dengan peragaan. Ia lebih mudah menangkap apa yang dilihatnya daripada apa yang didengarnya. Jadi, anda jangan segan-segan memperagakan apa yang sedang menjadi tema pembelajaran.
2.      Ia juga suka dengan gambar-gambar dan warna. Gunakan alat bantu belajar berupa gambar atau foto-foto tentang apa yang sedang dipelajari. dengan begitu ia akan mudah menangkap dan mengingat dalam waktu lama.
3.      Ia tak terlalu menaggapi meresapi nasehat, tapi lebih suka diberi contoh atau teladan.
Sedangkan jika anak anda: tidak terlalu suka membaca atau menulis, mengalami kesulitan untuk menyerap informasi dalam bentuk tulisan secara langsung, sangat sensitif terganggu dengan suara lain saat belajar, cenderung banyak omong, cepat menghafal lagu-lagu atau materi iklan di televisi yang didengarnya, dan senang sekali mendengarkan dongeng bahkan menghafalnya, maka ia termasuk anak auditori. Modalitas belajar auditori adalah anak benar-benar mengandalkan pendengaran dalam menyerap dan megingat informasi. Untuk anak ini, gaya belajar yang tepat yaitu:
1.      Mendengarkan. Jadi, kita bacakan atau jabarkan materi pelajarannya untuk didengarkannya. Dengan cara ini ia akan mudah menerima dan mengingat ilmu baru.
2.      Ajaklah ia berdiskusi, karena ia tipe anak yang suka berkomunikasi. cara ini juga akan membuat isi pembicaraan terserap dan tersimpan lama di memorinya.
Tipe yang ke-tiga, yaitu Kinestetik. Anak dengan tingkah polah tidak bisa diam yang dicontohkan di atas, adalah Kinestetik. Anak ini biasanya suka menyentuh apa saja yang dilihatnya. Ia suka menyentuh pundak temannya saat bertemu. Biasanya untuk membuatnya tenang, kita harus menyentuhnya. Tangannya selalu aktif, misalnya saat guru mnejelaskan, tangannya sibuk mencoret-coret kertas, dan sangat suka bermain yang melibatkan aktifitas fisik. Modalitas belajar kinestetik mengharuskan ia menyentuh sesuatu yang akan memberinya informasi tertentu agar ia mengingatnya.  Gaya belajar yang cocok untuk anak seperti ini adalah:
1.      Gunakan objek nyata sebagi alat bantu belajar, sehingga ia bisa menyentuh benda itu. jadi, ia tak akan mudah menangkap informasi yang hanya bersifat simbolik atau penjelasan. Jadi, sebaiknya kita sediakan satu benda yang ada hubungannya dengan tema pembelajaran agar perhatiannya terpusat pada benda itu (sehingga bisa diam) dan ia akan lebih mudah mengingat.
2.      Ia suka dengan praktek langsung atau percobaan yang melibatkannya berperan dalam percobaan tersebut.
3.      Perlu juga sesekali kita ikut dalam dunianya yang dinamis, ikut bergerak dan bermain.  Kita bisa menciptakan permainan edukatif. Misalnya membuat kuis dengan instruksi:  “Ambil lembar pertanyaan no. 1 yang ada di bawah kursi, lalu berlarilah dan berikan jawaban pada lembar jawab yang ada di atas meja dapur. kembalilah berlari untuk mendapatkan lembar soal berikutnya di bawah kursi. berlarilah ke dapur dan jawablah lagi. Begitu seterusnya hingga lembar pertanyaan habis.” Ia akan senang sekali melakukan gaya belajar seperti ini.

Dan ternyata ada juga anak yang memiliki kecenderungan modalitas belajar gabungan. Jadi, ada yang visual juga kinestetik. Ada juga yang auditori dan kinestetik. Atau visual-auditori. Kita bisa mempelajarinya lebih lanajut dengan melihat dan mengamati kebiasaan anak sehari-hari. Tentu ini juga berpengaruh terhadap gaya belajar yang lebih tepat untuk anak.
Jadi, sebagai orang tua, kita memang punya tugas yang tidak sederhana. Tak cukup hanya menyekolahkan anak di sekolah yang bagus, tetapi kita juga harus ikut belajar memahami gaya belajar anak kita agar memudahkan kita dalam membantu ia belajar di rumah. Pengamatan kita juga penting untuk dikomunikasikan pada guru, sebagai informasi tentang gaya belajar anak di sekolah. sehingga guru tahu gaya mengajar seperti apa yang cocok untuk anak. Dengan gaya guru mengajar yang pas, serta gaya kita yang cocok dalam mengajaknya belajar di rumah, diharapkan prestasi belajar anak juga optimal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar