Pernahkah
anda menjadi kesal saat mengajak anak belajar di rumah? Kesal karena ia tidak
bisa diam. Dari mulai awal belajar ia tak pernah duduk diam di tempat. Baru
satu paragraf kita membacakan buku pelajarannya, ia sudah naik ke atas sofa,
melompat-lompat, bahkan menirukan adegan perang. Berkali kita memintanya duduk
kembali, tapi berkali pula ia begitu cepat lupa dengan nasehat itu, yaitu
“beraksi” lagi. Padahal kita inginnya si anak duduk manis mendengarkan kita
yang sedang membacakan pelajarannya.
Atau
pernahkah kita mendapatkan laporan dari guru bahwa anak kita tak mau ikut
teman-temannya aktif dalam kegiatan pembelajaran saat teman-temannya bergerak
ke sana kemari mengikuti alur desain pembelajaran dari guru. Ia seringkali
hanya diam mengamati teman-temannya. Lalu anda khawatir siapa tahu anak anad
punya masalah psikologis.
Atau
kasus seorang anak yang apabila sedang belajar, tak boleh seorang pun terdengar
berbicara olehnya. Ia akan marah jika adiknya terdengar menyanyi, atau ibunya
bicara saat ia sedang konsentrasi. Ia sangat mudah terganggu dengan hal lain
sehingga ia memilih belajar sendirian di dalam kamarnya.
Ternyata,
fenomena –fenomena seperti di atas adalah hal wajar. Kita tak perlu terlalu
risau dengan gaya anak saat sedang belajar baik di sekolah maupun di rumah.
Setiap anak telah dibekali dengan modalitas belajar (gaya dalam belajar) yang
tidak mesti sama, juga tidak musti wajar menurut orang tua yang masih awam.
Justru dengan seringnya kita mengamati tingkah anak, seharusnya membuka wacana
kita tentang bagaimana sebenarnya cara yang tepat untuk mengajaknya belajar.
Menurut
De Porter dan Hernacki dalam buku “Quantum Learning”, modalitas belajar adalah
kombinasi dari menyerap, mengatur, dan mengolah informasi. Ada tiga jenis
modalitas belajar (yang perlu kita
ketahui. Tiga modalitas belajar tersebut adalah: Visual, Auditorial, dan
Kinestetik dimana masing-masing jenis modalitas memiliki karakteristik
sendiri-sendiriuntuk gaya belajarnya.
Jika anak anda: suka
mengamati dengan cemat apa saja yang dilihatnya, suka berargumen tentang benda
seni yang dilihatnya atau warna-warna, tak terlalu pandai berdialog, tidak
terlalu respon dengan anjuran secara lisan, dan seringkali salah dalam
menanggapi perkataan orang lain, tidak terlalu terganggu dengan kegaduhan, dan
cenderung pasif di sekolah, kemungkinan
besar ia memiliki modalitas belajar tipe visual.
Modalitas belajar ini menitikberatkan pada ketajaman penglihatan. Artinya agar
ia faham akan sesuatu, maka ia harus melihat apa yang sedang menjadi tema
pembelajaran. Untuk anak seperti ini, maka gaya belajar yang tepat adalah:
1. Belajar
dengan peragaan. Ia lebih mudah menangkap apa yang dilihatnya daripada apa yang
didengarnya. Jadi, anda jangan segan-segan memperagakan apa yang sedang menjadi
tema pembelajaran.
2. Ia
juga suka dengan gambar-gambar dan warna. Gunakan alat bantu belajar berupa
gambar atau foto-foto tentang apa yang sedang dipelajari. dengan begitu ia akan
mudah menangkap dan mengingat dalam waktu lama.
3. Ia
tak terlalu menaggapi meresapi nasehat, tapi lebih suka diberi contoh atau
teladan.
Sedangkan jika anak
anda: tidak terlalu suka membaca atau menulis, mengalami kesulitan untuk
menyerap informasi dalam bentuk tulisan secara langsung, sangat sensitif
terganggu dengan suara lain saat belajar, cenderung banyak omong, cepat
menghafal lagu-lagu atau materi iklan di televisi yang didengarnya, dan senang
sekali mendengarkan dongeng bahkan menghafalnya, maka ia termasuk anak auditori. Modalitas belajar auditori
adalah anak benar-benar mengandalkan pendengaran dalam menyerap dan megingat
informasi. Untuk anak ini, gaya belajar yang tepat yaitu:
1. Mendengarkan.
Jadi, kita bacakan atau jabarkan materi pelajarannya untuk didengarkannya.
Dengan cara ini ia akan mudah menerima dan mengingat ilmu baru.
2. Ajaklah
ia berdiskusi, karena ia tipe anak yang suka berkomunikasi. cara ini juga akan
membuat isi pembicaraan terserap dan tersimpan lama di memorinya.
Tipe yang ke-tiga,
yaitu Kinestetik. Anak dengan
tingkah polah tidak bisa diam yang dicontohkan di atas, adalah Kinestetik. Anak
ini biasanya suka menyentuh apa saja yang dilihatnya. Ia suka menyentuh pundak
temannya saat bertemu. Biasanya untuk membuatnya tenang, kita harus
menyentuhnya. Tangannya selalu aktif, misalnya saat guru mnejelaskan, tangannya
sibuk mencoret-coret kertas, dan sangat suka bermain yang melibatkan aktifitas
fisik. Modalitas belajar kinestetik mengharuskan ia menyentuh sesuatu yang akan
memberinya informasi tertentu agar ia mengingatnya. Gaya belajar yang cocok untuk anak seperti
ini adalah:
1. Gunakan
objek nyata sebagi alat bantu belajar, sehingga ia bisa menyentuh benda itu.
jadi, ia tak akan mudah menangkap informasi yang hanya bersifat simbolik atau
penjelasan. Jadi, sebaiknya kita sediakan satu benda yang ada hubungannya
dengan tema pembelajaran agar perhatiannya terpusat pada benda itu (sehingga
bisa diam) dan ia akan lebih mudah mengingat.
2. Ia
suka dengan praktek langsung atau percobaan yang melibatkannya berperan dalam
percobaan tersebut.
3. Perlu
juga sesekali kita ikut dalam dunianya yang dinamis, ikut bergerak dan
bermain. Kita bisa menciptakan permainan
edukatif. Misalnya membuat kuis dengan instruksi: “Ambil lembar pertanyaan no. 1 yang ada di
bawah kursi, lalu berlarilah dan berikan jawaban pada lembar jawab yang ada di
atas meja dapur. kembalilah berlari untuk mendapatkan lembar soal berikutnya di
bawah kursi. berlarilah ke dapur dan jawablah lagi. Begitu seterusnya hingga
lembar pertanyaan habis.” Ia akan senang sekali melakukan gaya belajar seperti
ini.
Dan ternyata ada juga
anak yang memiliki kecenderungan modalitas belajar gabungan. Jadi, ada yang
visual juga kinestetik. Ada juga yang auditori dan kinestetik. Atau
visual-auditori. Kita bisa mempelajarinya lebih lanajut dengan melihat dan
mengamati kebiasaan anak sehari-hari. Tentu ini juga berpengaruh terhadap gaya
belajar yang lebih tepat untuk anak.
Jadi, sebagai orang
tua, kita memang punya tugas yang tidak sederhana. Tak cukup hanya
menyekolahkan anak di sekolah yang bagus, tetapi kita juga harus ikut belajar
memahami gaya belajar anak kita agar memudahkan kita dalam membantu ia belajar
di rumah. Pengamatan kita juga penting untuk dikomunikasikan pada guru, sebagai
informasi tentang gaya belajar anak di sekolah. sehingga guru tahu gaya
mengajar seperti apa yang cocok untuk anak. Dengan gaya guru mengajar yang pas,
serta gaya kita yang cocok dalam mengajaknya belajar di rumah, diharapkan
prestasi belajar anak juga optimal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar