Rabu, 12 November 2014

Wacana Ideal tentang Sekolah Unggulan di Indonesia


            Belum juga selesai semester genap di kelas enam, atau sembilan, atau bahkan TK B, orang tua sudah sibuk mencari sekolah untuk anak mereka. Rata-rata orang tua ingin anak-anaknya masuk dalam sekolah unggulan. Sangat bisa dimaklumi mengingat sekolah unggulan biasanya menawarkan fasilitas pendidikan yang lengkap serta output nilai siswa yang memuaskan. Harus melalui persaingan ketat untuk masuk sekolah tersebut. Jika ternyata anak bisa masuk melalui seleksi yang biasanya berupa tes akademik itu, maka orang tua pun lega sekaligus bangga karena artinya anaknya termasuk siswa pandai. Lalu bagaimana dengan yang tidak lolos di sekolah unggulan manapun? Apakah ia seorang anak yang bodoh dan tidak berprestasi?
            Hakekatnya, sekolah adalah lembaga tempat siswa datang untuk menimba pengetahuan, sehingga terjadi perubahan dari anak yang semula tidak tahu menjadi tahu, dan yang semula tidak bisa menjadi bisa, yang semula tidak pandai menjadi pandai.
 Pintar atau pandai berkaitan erat dengan kecerdasan. Sedangkan kecerdasan yang sesungguhnya menurut Dr. Howard Gordner yang disebut Teori Multiple Intelligences (MI), bukan hanya cerdas bidang akademik saja. Itu adalah teori kuno yang membunuh banyak potensi siswa. Ada delapan jenis kecerdasan yang masing-masing bisa kita temukan menonjol salah satunya pada diri seorang anak, atau kadang seorang anak memiliki lebih dari satu jenis kecerdasan. Kecerdasan apa sajakah itu? Yaitu: Kecerdasan linguistik, Matematis-Logis, Visual-Spasial,  Musik, Kinestetik, Interpersonal, Intrapersonal, dan Naturalis. Jadi sebenarnya tidak ada anak yang bodoh. Lalu mengapa sekolah-sekolah  unggulan itu menggunakan kriteria tes akademik yang hanya mencakup sebagian kecil jenis-jenis kecerdasan tersebut?
Jika yang diterima masuk hanya anak-anak yang sudah dianggap pintar dari awal, bukankah hal biasa jika outputnya yang dinilai dari standar angka nilai akademiknya itu juga akan bagus hasilnya? Lalu, dimana hakekat makna “unggulan” dari sekolah tersebut? Jika memang ingin disebut unggulan, seharusnya dibuktikan dengan kemampuan sekolah untuk memproses (mengubah) siswa dari keadaan apapun (pandai atau tidak pandai)  menjadi jauh lebih pandai dari sebelumnya. Untuk mencapai hal ini diperlukan strategi pembelajaran yang dirancang oleh guru-guru di sekolah itu, yang tepat guna  dan tepat sasaran sehingga hasil pembelajaran mampu menjadikan siswa mencapai prestasi yang optimal. Di sini sangat penting untuk memahami modalitas belajar seorang siswa, yang tak mesti sama antara siswa satu dengan siswa lainnya. Modalitas belajar adalah gaya dan kecenderungan tertentu seorang seorang anak dalam proses penerimaan informasi baru ataumenyerap ilmu yang baru dipelajarinya, apakah masuk tipe Auditorial, Visual, Kinestetik, atau gabungan dari dua jenis dari masing-masing jenis modalitas belajar itu. Manfaat mengetahui modalitas belajar siswa adalah agar tidak terjadi keadaan dimana gaya mengajar guru tak sesuai dengan gaya belajar siswa. Siswa akan lebih mudah menyerap ilmu yang disampaikan apabila gaya mengajar guru sesuai dengan kecenderungan belajar yang dimilikinya.
Dengan diketahuinya Multiple Intelligences dan modalitas belajar para siswa, maka akan mudah mengelompokkan mereka sesuai dengan  bakat bawaanya, agar guru lebih mudah merencanakan metodologi penyampaian pelajaran yang tepat pada para siswa. Sehingga sebenarnya tak harus mencari bibit yang dianggap “cerdas” untuk menciptakan output yang berprestasi..
Sekolah unggulan seharusnya menerima siswa dengan segala jenis kecerdasannya, untuk kemudian dikembangkan oleh sekolah sehingga mampu berprestasi di bidang kecerdasan  masing-masing. Jadi, tak seharusnya sekolah unggulan menggunakan nilai tes akademik sebagai standar masuk tidaknya seorang anak di sekolah tersebut, tetapi menggunakan tes yang berguna mencari bakat kecerdasan masing-masing anak serta gaya belajar anak, dalam rangka melakukan pendekatan metodologi pembelajaran yang akan diterapkan guru pada masing-masing anak.
Sudah adakah sekolah di Indonesia yang menerapkan sistem seperti ini? Jawabannya ada. Salah satunya adalah SMP YIMI Gresik yang telah menerapkan MIR yaitu Multiple Intelligences Research saat siswa mendaftar. Dan itu bukanlah tes ujian masuk tetapi tes untuk mengetahui kecenderungan bakat dan gaya belajar anak.. Nyatanya dengan beragam kemampuan siswa yang masuk (tak hanya yang dianggap cerdas saat awal masuk), sekolah ini mampu menghasilkan lulusan-lulusan dengan prestasi yang memuaskan.
Ke depan, semoga semua sekolah di Indonesia bisa menerapkan sistem sesuai wacana ideal sebuah sekolah unggulan yang telah dipelopori oleh SMP YIMI Gresik tersebut.  Lalu siapa yang berhak masuk di sekolah unggulan? Semua anak berhak masuk selama kuota belum terpenuhi. Andai semua sekolah menerapkan sistem ini, maka orang tua tak perlu berambisi mengejar sekolah unggulan tertentu, tinggal memilih mana yang terdekat dan mudah dijangkau, karena semua sekolah adalah sekolah unggulan.


                        

Tidak ada komentar:

Posting Komentar