Stres adalah suatu keadaan psikologis
seseorang yang sedang tertekan. Hampir semua orang pernah mengalami stres. Pada
orang dewasa, mungkin kemudian mempunyai cara tersendiri untuk membuat keadaan
jiwanya lebih tenang dan stabil kembali. Lalu bagaimana jika keadaan stres ini
terjadi pada anak-anak? Apa saja faktor pemicunya dan bagaimana menanganinya?
Stres bisa terjadi pada siapa saja termasuk
anak-anak. Sangat mengkhawatirkan bila keadaan stres pada anak tidak segera ditangani,
karena anak-anak belum memiliki pengalaman dalam mengolah emosi seperti orang dewasa. Jika keadaan stres ini
berkepanjangan, bisa membuat anak frustasi dan mendorongnya berbuat nekat. Sebagai contoh, artis Macauly Culkin yang menjadi pecandu narkoba dalam beberapa tahun terakhir hidupnya akibat tak mampu mengatasi rasa tertekan sejak kecil. Bahkan ada beberapa kasus anak yang mencoba bunuh diri. Tentu kita tak ingin itu terjadi pada anak kita kan?
Sebagai orang tua, seharusnya kita selalu
memperhatikan buah hati kita, termasuk menemukan sedini mungkin seandainya anak
kita mengalami stres. Tanda-tanda anak yang sedang mengalami stres di
antaranya adalah:
1.
Anak yang biasanya
ceria jadi lebih pemurung, semangat belajar menurun, malas pergi ke sekolah,
bahkan menarik diri dari pergaulan.
2.
Anak menjadi
agresif. Ia sering marah-marah, menendang, memukul, berteriak-teriak,
menggigit. Ia juga terus-menerus melawan perkataan orang tua.
3.
Anak susah
konsentrasi saat belajar. Anak tiba-tiba susah menerima pelajaran yang diberikan
guru, atau bahan pelajaran yang kita bacakan di rumah.
4.
Anak menjadi susah
tidur, atau bahkan mengigau dengan berteriak dan mengomel dalam tidurnya.
5.
Terjadi perubahan
pola makan pada anak. Stres berkepanjangan bisa menyebabkan anak sering sakit
perut, diare, atau maag.
6.
Anak yang semula
sudah tidak mengompol, tiba-tiba mengompol lagi dalam tidurnya.
Jika Anda menemukan salah satu atau lebih
gejala di atas pada anak, kemungkinan anak Anda sedang mengalami stres. Tapi
jangan panik dulu! Ada beberapa langkah yang bisa diambil agar stres pada anak
tidak berkepanjangan. Hal pertama yang harus dilakukan adalah mencari
penyebab/pemicu dari stres anak. Mengetahui faktor yang menyebabkan anak
menjadi stres sangat penting karena berkaitan dengan cara penanganan yang akan
dilakukan. Beberapa hal yang bisa menjadi pemicu stres serta penanganannya,
terutama pada anak usia sekolah adalah:
1.
Tuntutan prestasi
akademis yang tak tercapai.
Adanya kesenjangan antara harapan dan
kenyataan pada target prestasi belajar, baik itu target dari orang tua, guru,
atau dari diri anak sendiri, bisa menjadi faktor yang menyebabkan anak stres. Penanganan
untuk stres karena faktor ini yaitu: Dekaplah ia dengan kasih sayang. Memberi
pengertian pada anak bahwa nilai akademik yang jatuh bukan akhir dari
segalanya, dan masih banyak waktu untuk memperbaiki prestasi belajarnya. Anda
juga bisa menurunkan tuntutan target pencapaian prestasi belajar pada anak,
misalnya tak mengatakan padanya bahwa dia harus mendapatkan nilai tinggi, atau
harus masuk dalam sepuluh besar sekolah, karena setiap anak itu unik, memiliki
kelebihan sendiri-sendiri yang tentunya tak harus berupa prestasi bidang
akademik. Tentu anda bisa menyesuaikan dengan kemampuan anak Anda. Yakinkan
padanya bahwa Anda akan membimbingnya hingga ia bisa memperbaiki prestasinya.
Sebaiknya juga melakukan koordinasi dengan guru agar di sekolah tercipta
suasana yang ramah sehingga tidak ada teman yang mencemooh atau guru yang
selalu memarahinya.
2.
Tuntutan dalam hubungan pergaulan teman di sekolah.
Anak usia SD lebih banyak berorientasi
pada teman. Dalam pergaulan, mereka mulai ada tuntutan untuk menjadi sama
seperti teman-temannya. Ketidakmampuan
mengikuti gaya teman-temannya menjadi sumber stresor tersendiri.
Misalnya temannya sudah pada dibelikan tablet, sedangkan ia belum,
Teman-temannya sudah memakai sepatu model terbaru, sedangkan ia belum. Penanganan
untuk keadaan ini yaitu: Dekaplah ia dengan kasih sayang. Memberinya
pengertian bahwa yang menjadikan seorang anak bernilai bukanlah benda-benda
mewah yang dimiliki, tapi melakukan tugasnya sebagai siswa dengan sebaik
mungkin. Mobil, tablet, atau sepatu bagus belum tentu membuat prestasi di
sekolah lebih baik. Jika ia benar-benar menginginkan, sarankan padanya untuk
menabung, sehingga suatu hari jika uang telah banyak, barang-barang mewah
tersebut bisa dibeli dengan uangnya sendiri.
3.
Hubungan anak dengan orangtua.
Orang tua yang terlalu sibuk atau kurang
memberi perhatian kepada anak, atau sikapnya kasar dan suka menyalahkan anak, bisa
mengakibatkan adanya rasa kecewa pada diri anak. Ia merasa tak mendapatkan
pemenuhan kebutuhan ingin diperhatikan, disayang, dan dicintai oleh orang
tuanya. Hal ini bisa menyebabkan stres pada anak. Penanganan untuk
keadaan ini tentu saja dengan memperbaiki hubungan dengan anak.
Luangkan waktu untuk memberi perhatian padanya, menanyakan kabarnya, mendekapnya
dengan sepenuh hati, serta usahakan memperbaiki sikap saat bersama anak Anda
sehingga anak merasa nyaman dengan orang tua.
4.
Hubungan dengan
saudara yang kurang harmonis.
Apabila hubungan dengan saudara selalu diwarnai
pertengkaran, atau anak merasa terlalu banyak diatur oleh kakak, bisa menjadi
pemicu terjadinya stres pada anak. Penanganan untuk hal ini,
yaitu mendekapnya dengan kasih sayang, dengan meyakinkannya bahwa pertengkaran
itu tak akan berlangsung selamanya, yakinkan bahwa kakak atau adiknya bisa
bersikap lebih baik. Anda juga harus mengajak atau menasehati sudaranya agar
bisa bersikap lebih baik.
5.
Penyakit yang
diderita anak.
Penyakit yang berkepanjangan dan tidak
sembuh-sembuh menyebabkan anak harus selalu berkunjung ke dokter atau menjalani
terapi berulang-ulang juga bisa menjadi pemicu stres pada anak. Penanganan
untuk keadaan ini: Dekapalah ia dengan kasih sayang. Yakinkan padanya
bahwa ia pasti akan sembuh, tapi tentu saja dengan berusaha berobat dan tidak
seketika. Yakinkan bahwa Anda akan selalu mendampinginya hingga ia sembuh. .
6.
Keadaan lingkungan
yang tidak nyaman
Misalnya: rumah yang kotor, suara-suara
bising dan memekakkan telinga dalam durasi panjang, udara yang panas dan gerah,
ruangan yang gelap, dll. Penanganannya:Usahakan menciptakan suasana yang
nyaman bagi anak. Rumah kotor dibersihkan, mamakai kipas angin/AC untuk udara
panas, usahakan ruangan terkena sinar matahari/ beri peberangan bila gelap,
hindarkan anak dari suara bising.
Perlu diingat bahwa, tidak semua anak akan
menjadi stres dengan adanya keadaan yang kurang nyaman bagi dirinya. Faktor
pembawaan anak dan ambang toleransi anak juga mempengaruhi terjadi atau
tidaknya keadaan stres anak, juga cepat atau lambatnya ia bisa keluar dari
kondisi stres itu. Anak yang mempunyai temperamen sulit, yaitu sensitif dan
mudah marah, cenderung akan lebih mudah stres. Sedangkan anak yang
bertemperamen mudah, cenderung lebih toleran dalam menghadapi pemicu stres atau
keadaan stres itu sendiri. Untuk anak yang bertemparamen sulit, penanganan
stres harus dilakukan secepat mungkin. Apabila usaha anda menangani stres anak
tidak berhasil, Anda bisa membawanya ke Psikolog agar stres anak tak
berkelanjutan menjadi keadaan yang lebih parah seperti tidak punya semangat
hidup dan terjadi gangguan fisik.
Anak adalah individu yang belum sempurna
perkembangannya baik fisik maupun psikologisnya, sehingga orang tua memang
harus selalu memantau dan membantunya agar perkembangannya tidak terhambat.
Usahakanlah agar anak Anda terhindar dari stres berkepanjangan.
Usaha penting untuk menghindarkannya dari
stres berkepanjangan adalah:
1.
Memberikan perhatian yang cukup, tidak pelit
memberikan pelukan dan kalimat sayang, tidak memberikan tuntutan diluar
kemampuan anak, serta memberikan pola asuh yang sehat dan membina komunikasi
yang baik dengan anak.
2.
Kenalkan anak dengan
Allah, ajari beribadah dan berdoa sebagai media ia mengadu mengungkapkan isi
hati dan masalah, yakinkan bahwa Allah akan memberinya jalan keluar.
3.
Anda juga perlu
menyimpan nomor-nomor orang yang sering berhubungan dengan anak seperti nomor
guru sekolah, guru les, serta teman dekatnya untuk memantau pergaulan anak,
juga bisa digunakan untuk mencari informasi apabila sewaktu-waktu terjadi
hal-hal diluar kewajaran pada anak.
4.
Juga, sewaktu-waktu
ajak anak untuk berekreasi ke tempat-tempat yang menyenangkan atau menenangkan
untuk menyeimbangkan kembali kondisii psikisnya.
5. Jika memang orang
tua tak bisa mengatasi masalah anak, mengajaknya ke ahli psikologi anak juga
pilihan yang bijak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar