Rabu, 12 November 2014

Stres Pada Anak? Jangan Abaikan..!




Stres adalah suatu keadaan psikologis seseorang yang sedang tertekan. Hampir semua orang pernah mengalami stres. Pada orang dewasa, mungkin kemudian mempunyai cara tersendiri untuk membuat keadaan jiwanya lebih tenang dan stabil kembali. Lalu bagaimana jika keadaan stres ini terjadi pada anak-anak? Apa saja faktor pemicunya dan bagaimana menanganinya?
Stres bisa terjadi pada siapa saja termasuk anak-anak. Sangat mengkhawatirkan bila keadaan stres pada anak tidak segera ditangani, karena anak-anak belum memiliki pengalaman dalam mengolah emosi  seperti orang dewasa. Jika keadaan stres ini berkepanjangan, bisa membuat anak frustasi dan mendorongnya berbuat nekat. Sebagai contoh, artis Macauly Culkin yang menjadi pecandu narkoba dalam beberapa tahun terakhir hidupnya akibat tak mampu mengatasi rasa tertekan sejak kecil. Bahkan ada beberapa kasus anak yang mencoba bunuh diri. Tentu kita tak ingin itu terjadi pada anak kita kan?
Sebagai orang tua, seharusnya kita selalu memperhatikan buah hati kita, termasuk menemukan sedini mungkin seandainya anak kita mengalami stres. Tanda-tanda anak yang sedang mengalami stres di antaranya adalah:
1.    Anak yang biasanya ceria jadi lebih pemurung, semangat belajar menurun, malas pergi ke sekolah, bahkan menarik diri dari pergaulan.
2.    Anak menjadi agresif. Ia sering marah-marah, menendang, memukul, berteriak-teriak, menggigit. Ia juga terus-menerus melawan perkataan orang tua.
3.    Anak susah konsentrasi saat belajar. Anak tiba-tiba susah menerima pelajaran yang diberikan guru, atau bahan pelajaran yang kita bacakan di rumah.
4.    Anak menjadi susah tidur, atau bahkan mengigau dengan berteriak dan mengomel dalam tidurnya.
5.    Terjadi perubahan pola makan pada anak. Stres berkepanjangan bisa menyebabkan anak sering sakit perut, diare, atau maag.
6.    Anak yang semula sudah tidak mengompol, tiba-tiba mengompol lagi dalam tidurnya.
Jika Anda menemukan salah satu atau lebih gejala di atas pada anak, kemungkinan anak Anda sedang mengalami stres. Tapi jangan panik dulu! Ada beberapa langkah yang bisa diambil agar stres pada anak tidak berkepanjangan. Hal pertama yang harus dilakukan adalah mencari penyebab/pemicu dari stres anak. Mengetahui faktor yang menyebabkan anak menjadi stres sangat penting karena berkaitan dengan cara penanganan yang akan dilakukan. Beberapa hal yang bisa menjadi pemicu stres serta penanganannya, terutama pada anak usia sekolah adalah:


1.    Tuntutan prestasi akademis yang tak tercapai.
Adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan pada target prestasi belajar, baik itu target dari orang tua, guru, atau dari diri anak sendiri, bisa menjadi faktor yang menyebabkan anak stres. Penanganan untuk stres karena faktor ini yaitu: Dekaplah ia dengan kasih sayang. Memberi pengertian pada anak bahwa nilai akademik yang jatuh bukan akhir dari segalanya, dan masih banyak waktu untuk memperbaiki prestasi belajarnya. Anda juga bisa menurunkan tuntutan target pencapaian prestasi belajar pada anak, misalnya tak mengatakan padanya bahwa dia harus mendapatkan nilai tinggi, atau harus masuk dalam sepuluh besar sekolah, karena setiap anak itu unik, memiliki kelebihan sendiri-sendiri yang tentunya tak harus berupa prestasi bidang akademik. Tentu anda bisa menyesuaikan dengan kemampuan anak Anda. Yakinkan padanya bahwa Anda akan membimbingnya hingga ia bisa memperbaiki prestasinya. Sebaiknya juga melakukan koordinasi dengan guru agar di sekolah tercipta suasana yang ramah sehingga tidak ada teman yang mencemooh atau guru yang selalu  memarahinya.
2.    Tuntutan dalam hubungan pergaulan teman di sekolah.
Anak usia SD lebih banyak berorientasi pada teman. Dalam pergaulan, mereka mulai ada tuntutan untuk menjadi sama seperti teman-temannya. Ketidakmampuan  mengikuti gaya teman-temannya menjadi sumber stresor tersendiri. Misalnya temannya sudah pada dibelikan tablet, sedangkan ia belum, Teman-temannya sudah memakai sepatu model terbaru, sedangkan ia belum. Penanganan untuk keadaan ini yaitu: Dekaplah ia dengan kasih sayang. Memberinya pengertian bahwa yang menjadikan seorang anak bernilai bukanlah benda-benda mewah yang dimiliki, tapi melakukan tugasnya sebagai siswa dengan sebaik mungkin. Mobil, tablet, atau sepatu bagus belum tentu membuat prestasi di sekolah lebih baik. Jika ia benar-benar menginginkan, sarankan padanya untuk menabung, sehingga suatu hari jika uang telah banyak, barang-barang mewah tersebut bisa dibeli dengan uangnya sendiri.
3.    Hubungan anak dengan orangtua.
Orang tua yang terlalu sibuk atau kurang memberi perhatian kepada anak, atau sikapnya kasar dan suka menyalahkan anak, bisa mengakibatkan adanya rasa kecewa pada diri anak. Ia merasa tak mendapatkan pemenuhan kebutuhan ingin diperhatikan, disayang, dan dicintai oleh orang tuanya. Hal ini bisa menyebabkan stres pada anak. Penanganan untuk keadaan ini tentu saja dengan memperbaiki hubungan dengan anak. Luangkan waktu untuk memberi perhatian padanya, menanyakan kabarnya, mendekapnya dengan sepenuh hati, serta usahakan memperbaiki sikap saat bersama anak Anda sehingga anak merasa nyaman dengan orang tua.
4.    Hubungan dengan saudara yang kurang harmonis.
Apabila hubungan dengan saudara selalu diwarnai pertengkaran, atau anak merasa terlalu banyak diatur oleh kakak, bisa menjadi pemicu terjadinya stres pada anak. Penanganan untuk hal ini, yaitu mendekapnya dengan kasih sayang, dengan meyakinkannya bahwa pertengkaran itu tak akan berlangsung selamanya, yakinkan bahwa kakak atau adiknya bisa bersikap lebih baik. Anda juga harus mengajak atau menasehati sudaranya agar bisa bersikap lebih baik.
5.    Penyakit yang diderita anak.
Penyakit yang berkepanjangan dan tidak sembuh-sembuh menyebabkan anak harus selalu berkunjung ke dokter atau menjalani terapi berulang-ulang juga bisa menjadi pemicu stres pada anak. Penanganan untuk keadaan ini: Dekapalah ia dengan kasih sayang. Yakinkan padanya bahwa ia pasti akan sembuh, tapi tentu saja dengan berusaha berobat dan tidak seketika. Yakinkan bahwa Anda akan selalu mendampinginya hingga ia sembuh. .
6.      Keadaan lingkungan yang tidak nyaman
Misalnya: rumah yang kotor, suara-suara bising dan memekakkan telinga dalam durasi panjang, udara yang panas dan gerah, ruangan yang gelap, dll. Penanganannya:Usahakan menciptakan suasana yang nyaman bagi anak. Rumah kotor dibersihkan, mamakai kipas angin/AC untuk udara panas, usahakan ruangan terkena sinar matahari/ beri peberangan bila gelap, hindarkan anak dari suara bising.
Perlu diingat bahwa, tidak semua anak akan menjadi stres dengan adanya keadaan yang kurang nyaman bagi dirinya. Faktor pembawaan anak dan ambang toleransi anak juga mempengaruhi terjadi atau tidaknya keadaan stres anak, juga cepat atau lambatnya ia bisa keluar dari kondisi stres itu. Anak yang mempunyai temperamen sulit, yaitu sensitif dan mudah marah, cenderung akan lebih mudah stres. Sedangkan anak yang bertemperamen mudah, cenderung lebih toleran dalam menghadapi pemicu stres atau keadaan stres itu sendiri. Untuk anak yang bertemparamen sulit, penanganan stres harus dilakukan secepat mungkin. Apabila usaha anda menangani stres anak tidak berhasil, Anda bisa membawanya ke Psikolog agar stres anak tak berkelanjutan menjadi keadaan yang lebih parah seperti tidak punya semangat hidup dan terjadi gangguan fisik.
Anak adalah individu yang belum sempurna perkembangannya baik fisik maupun psikologisnya, sehingga orang tua memang harus selalu memantau dan membantunya agar perkembangannya tidak terhambat. Usahakanlah agar anak Anda terhindar dari stres berkepanjangan.
Usaha penting untuk menghindarkannya dari stres berkepanjangan adalah:
1.     Memberikan perhatian yang cukup, tidak pelit memberikan pelukan dan kalimat sayang, tidak memberikan tuntutan diluar kemampuan anak, serta memberikan pola asuh yang sehat dan membina komunikasi yang baik dengan anak.
2.    Kenalkan anak dengan Allah, ajari beribadah dan berdoa sebagai media ia mengadu mengungkapkan isi hati dan masalah, yakinkan bahwa Allah akan memberinya jalan keluar.
3.    Anda juga perlu menyimpan nomor-nomor orang yang sering berhubungan dengan anak seperti nomor guru sekolah, guru les, serta teman dekatnya untuk memantau pergaulan anak, juga bisa digunakan untuk mencari informasi apabila sewaktu-waktu terjadi hal-hal diluar kewajaran pada anak.
4.    Juga, sewaktu-waktu ajak anak untuk berekreasi ke tempat-tempat yang menyenangkan atau menenangkan untuk menyeimbangkan kembali kondisii psikisnya.
5. Jika memang orang tua tak bisa mengatasi masalah anak, mengajaknya ke ahli psikologi anak juga pilihan yang bijak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar